Kamis, 05 November 2015

TUGAS 2 - SOFTSKILL

Nama  : Feby Rendra Febriani
Kelas   : 2PA17
NPM   : 14514139

CONTOH KASUS FENOMENA IDENTITAS DIRI MELALUI INTERNET

Dewasa ini semakin beragam saja tingkah laku para remaja. Mulai dari trend berpakaian yang semakin berani, dunia pergaulan yang semakin bebas, selera bermusik yang semakin beragam, serta ketergantungan terhadap teknologi yang sudah bisa dibilang melebihi candu terhadap narkotika. Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat orang-orang semakin mudah melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa perlu keluar biaya maupun tenaga. Mereka hanya perlu terhubung dengan layanan internet lalu semua yang mereka inginkan dapat terpenuhi begitu saja. Bahkan kita bisa mengetahui kabar yang sedang in tanpa perlu keluar dari kamar. Apakah itu pertanda bagus bagi masyarakat kita?
Kemajuan teknologi membuat ketergantungan yang sangat besar bagi masyarakat pada jaman sekarang. Tak terkecuali para remaja yang sedang berada pada masa labil mereka. Remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi berusaha mencari hal yang menarik untuk mengisi keseharian mereka. Internet­-lah yang kemudian menjadi sarana pelarian yang paling menyenangkan. Kita bisa mendapatkan begitu banyak teman tanpa perlu beranjak ke luar rumah, kita bisa mendapatkan popularitas hanya dengan duduk berjam-jam di depan layar komputer —tentu saja yang saya maksud teman dan popularitas disini hanya dalam dunia mya – Siapa yang tidak tergiur dengan rayuan tersebut?
Berawal dari rasa ingin tahu lalu kemudian menjadi suatu candu tersendiri, remaja jaman sekarang mulai “keranjingan” internet. Mulai dari yang paling sederhana seperti jejaring sosial semacamFacebook, Twitter, My Space, dan Friendster hingga game online yang merupakan candu tingkat tinggi sehingga mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam terbuang begitu saja di depan layar komputer mereka. Lalu pertanyaannya sekarang apakah dengan exist di dunia maya mereka mendepatkan hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari? Mungkin bagi beberapa orangtua bersyukur dengan adanya internet sehingga anak mereka tidak terkontaminasi dunia luar yang semakin bebas dalam hal bergaul. Mereka berpikir bila anaknya hanya berdiam diri di rumah, mereka dapat mengontrol perilaku keseharian anak tersebut. Mungkin ansumsi ini tidak ada salahnya. Tapi apakah para orangtua tidak berpikir dengan memberikan sarana teknologi yang sangat maju tidak sepenuhnya dapat menjamin moral dan pola  sosialisasi yang baik pada anak tersebut? Tidakkah ancaman dari dunia global lebih banyak terdapat di internet?
Seperti yang saya sebut sebelumnya, internet memiliki candu tersendiri yang bahkan lebih besar dari pada candu terhadap narkotika. Internet bisa dibilang mampu menjamah segala sudut kehidupan, segala lapis masyarakat, dan segala jenjang pendidikan. Mungkin akibat buruk canduinternet tidak terlihat begitu nyata seperti halnya candu terhadap narkotika. Tetapi yakinlah bahwa candu itu akan berakibat lebih buruk bagi kemajuan bangsa —bukan berarti saya mendukung beredarnya narkotika di kehidupan remaja—, dengan ketergantungan terhadap kepraktisan dan terbiasa tidak perlu bersusah payah mendapatkan sesuatu, itu akan mengubah pola pikir keseharian remaja tersebut. Bayangkan pola berpikir dan berkembang seperti itu yang mendarah daging di kehidupan kaum penerus bangsa saat ini, bagaimana nasib bangsa ini kedepannya?
Mungkin kita sering mendengar istilah anti-social­ beberapa dekade ini. Anti-social atau di Indonesia biasa disebut antisosial adalah suatu bentuk dari penyimpangan perilaku sosial dimana suatu individu enggan melakukan suatu interaksi sosial terhadap lingkungan di sekitarnya, interaksi sosial yang dimaksud bisa berupa kepedulian terhadap lingkungan sekitar maupun lingkungan global. Sifat tak acuh tersebut hanya merupakan awal dari sederet tingkah laku menyimpang yang akan muncul berikutnya. Tindakan yang menyalahi aturan moral, membahayakan diri sendiri bahkan tindak kriminal yang membahayakan masyarakat luas bisa saja terjadi dikarenakan perilaku anti sosial.
Penyebab antisosial ini bermacam-macam. Mulai dari faktor lingkungan, keluarga, teknologi, bahkan memang gangguan mental. Tetapi bisa dibilang pengaruh yang paling besar terhadap perilaku anti-social ini adalah pola mendidik orangtua terhadap anaknya. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa anak anti-social tersebut sudah mengalami gangguan mental sejak lahir. Bila dilihat dari maraknya perilaku antisosial di kalangan remaja dekade ini jelas sekali bahwa bukan gangguan psikis sejak lahir yang menyebabkan sebagian besar remaja bersikap begitu.
Keluarga yang memberikan apapun yang diinginkan anak tersebut, lingkungan bergaul yangmeterialistik, kekerasan dalam keluarga, kecintaan yang berlebihan terhadap suatu hal, serta ketergantungan yang begitu mengikat membuat remaja jaman sekarang berperilaku antisosial. Mereka cederung memiliki sikap egois yang sangat besar. Rela melakukan apapun agar hal yang diinginkan dapat tercapai, mengurung diri dari pergaulan luar dan terlena oleh kesenangan dunia-nya sendiri, dan bersikap tidak respect terhadap sesama adalah beberapa contoh tingkah antisosial. Bisa diambil kesimpulan antisosial tidak hanya berupa perilaku dimana penderitannya mengurung diri di ruangannya dan tidak mau membuka diri dari lingkungan luar. Perilaku antisosial juga bisa berupa tingkah laku yang bisa menyakiti orang lain di lingkungannya hanya karena keinginan yang harus diikuti. Tingkah antisosial juga selalu dihubungkan dengan tingkah laku psikopat bila dilihat dari aspek ini.
Kecintaan terhadap sesuatu yang berlebihan juga berpengaruh besar tehadap perilaku antisosial ini. Kecintaan terhadap suatu hal yang bisa berupa makhluk hidup maupun benda mati itu dapat menimbulakan sikap over protective. Merasa tidak ingin kehilangan hal yang dicintai menjadikan remaja tersebut rela melakukan hal apapun. Termasuk menyakiti orang-orang yang menghalanginya atau mungkin menyakiti dirinya sendiri. Beberapa lebih memilih menyendiri dan menjauh dari lingkungan karena terlena oleh fantasi-fantasi mereka tentang hal yang dicintainya tersebut dan tidak peduli apa yang diperbincangkan oleh lingkungan sekitar. Mungkin kita sering melihat tingkah laku semacam ini, contohnya saja seseorang yang merupakan fans dari seorangpublic figure atau suatu brand tertentu yang terlalu memuja hingga melupakan mana hal yang terpenting dalam kehidupan mereka. Bahkan mereka cenderung melakukan hal-hal yang diluar logika untuk mendapatkan hal dia inginkan. Mungkin bagi masyarakat umum perilaku mereka terlalu aneh atau keluar dari norma bermasyarakat, tetapi bagi pengidap antisosial pandangan masyarakat umum tidaklah berpengaruh bagi kehidupan mereka.
Mungkin bila disangkutkan dengan majunya tingkat teknologi dan meningkatnya jumlah remaja yang menunjukkan sikap antisosial, tentu saja grafiknya akan berbanding lurus. Begitu banyak fasilitas di dunia maya saat ini, serta begitu luasnya jaringan yang ada di internet membuat seorang remaja semakin menggandrunginya. Remaja bisa berbincang dengan seseorang yang berjarak sangat jauh, mendapat info yang tidak dia dapat dari lingkunag sekitar, bahkan mengakses situs yang tidak seharusnya dibuka. Semua hal tersebut akan memberikan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan remaja tersebut, seperti remaja yang hidup dengan fantasi-fantasinya, pemikiran yang tak sesuai dengan umurnya, bahkan mengakibatkan ketergantungan sehingga merusak tatanan kehidupan sehari-harinya. Berbagai jenis perkembangan remaja tersebut bisa disangkutkan dengan perilaku antisosial. Walau tidak melakukan tindakan extreme, tetapi remaja yang terlalu mecintai dunia maya bisa saja melakukan tindakan yang tergolong gila. Menyakiti dirinya hanya karena tidak ingin kehilangan sedikit waktunya di depan layar komputer.
Beberapa waktu lalu beberapa ilmuan di London menemukan beberapa perbedaan scan otak seorang anak yang menunjukkan tingkah laku antisosial. Temuan mereka disiarkan di American Journal of Phychiantry. Studi tersebut memperhatikan amygdale dan insula –wilayah otak yang memberi sumbangan bagi persepsi emosi, emapti, dan daya rekognisi ketika orang lain sedih– pada remaja antisosial lebih kecil dibandingkan remaja yang tidak menunjukan perilaku antisosial. Semakin parah perilaku antisosial tersebut maka semakin sedikit volume  insula pada remaja tersebut. Masih belum diketahui perubahan pada susunan otak tersebut merupakan penyebab perilaku antisosial atau akibat dari perilaku antisosial, yang jelas para ilmuan masih melakukan penelitian terhadap fenomena remaja saat ini.
Perilaku antisosial memang lebih banyak ditemukan pada remaja laki-laki. Tidak diketahui apa sebab pastinya. Tetapi bila dilihat dari aspek tingkah laku, remaja laki-laki bisa dibilang lebih nekat bila melakukan sesuatu. Tidak berpikir terlalu jauh tentang resiko yang mungkin saja membahayakan pada diri mereka bila melakukan sebuah tindakan. Tingkah laku ini tentu sangat bertolak belakang dengan remaja perempuan, karena mereka biasanya menimbang segala sesuatu sebelum melakukannya. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan remaja perempuan juga merupakan seorang antisosial. Karena belakangan ini tidak jarang kita melihat remaja perempuan yang bertingkah laku seperti laki-laki. Menyukai hal yang extreme, melakukan hal yang beresiko besar bagi keselamatan dirinya, tidak mempedulikan pandangan lingkungan terhadap dirinya, atau bisa kita ambil kesimpulan sikap mereka tersebut adalah sikap yang terlalu cuek. Kecendrungan sikap yang seperti itu yang membuat kemungkinan remaja tersebut mengidap gangguan perilaku (dalam hal ini adalah antisosial) semangkin besar.
Lingkungan tempat tinggal dapat berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Dalam beberapa kasus, mengatakan beberapa anak yang pada awalnya tidak merasa nyaman terhadap lingkungannya, akan dengan sendirinya bersosialisasi dengan lingkungan tersebut, bahkan tingkah laku mereka mau tidak mau akan terbawa mengikuti lingkungan tersebut. Misalnya saja seorang anak yang pada awalnya merupakan anak yang baik dan santun, bila dia pindah di suatu lingkungan baru yang masyarakatnya tergolong orang yang urakan maka sikap anak tersebut mau tidak mau akan berubah sedikit demi sedikit menjadi sedikit liar. Begitu pula sebaliknya. Tetapi bagi seorang remaja antisosial, lingkungan tempat tinggal dan bergaul yang tidak sesuai dengan sikapnya tidak akan membuat dia terbawa suasana dan mengikuti pola perilaku yang tidak sesuai dengan dirinya. Karena itu, mereka lebih memilih mencari lingkungan baru yang membuat mereka nyaman lalu mengambil jarak terhadap lingkungan barunya. Mungkin dalam kasus tertentu, mereka bahkan cenderung tidak mempedulikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.
Tindakan antisosial sering disangkutpautkan dengan tindakan psikopat. Walau tidak semua orang yang menunjukkan tingkah laku antisosial akan melakukan tindakan psikopatik. Mungkin dalam kasus ini dapat kita golongkan perilaku antisosial menjadi dua, yaitu antisosial pasif dan antisosial aktif. Perilaku antisosial pasif mungkin adalah tingkah laku antisosial yang paling sering kita temukan pada remaja di era sekarang. Kecenderungan menjauhkan diri dari lingkungan (atau dijauhi oleh lingkungannya), menutup diri dari interaksi sosial secara langsung, dan lebih memilih menyibukkan dirinya dengan fantasi-fantasi tersendiri. Mungkin para pelaku antisosial pasif ini memiliki teman untuk berbagi, tetapi tentu saja teman mereka hanyalah orang-orang yang memiliki jalan pikiran sama dengan mereka bahkan cenderung sesama seorang antisosial. Sedangkan antisosial aktif adalah orang yang memiliki kecendrungan bersikap psikopatik. Beberapa dari mereka tidak menarik diri dari lingkungan sekitar, bahkan cenderung terlihat ramah. Tetapi jangan pernah tertipu dengan sikap mereka yang seperti itu karena mereka memiliki emosi positif maupun negatif yang sangat sedikit. Mereka cenderung berlaku antipati, rasa tanggung jawab mereka atas suatu hal yang mereka berbuat sangat sedikit, tidak memiliki rasa malu, bahkan cenderung tidak memiliki rasa bersalah sama sekali bila dia menyakiti orang lain.
Masyarakat yang mengintimidasi seorang antisosial juga dapat memperburuk tingkah laku anak antisosial tersebut. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi akibat perilaku tersebut. Pertama, mungkin saja anak tersebut akan semakin menjauhkan dirinya dari pergaulan lingkungan, menyendiri, dan tidak menutup kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan menyakiti diri mereka sendiri. Kedua, mungkin saja anak tersebut akan membenci lingkungannya dan beranggapan bahwa orang-orang di sekitarnya adalah orang yang jahat, tidak menutup kemungkinan tindakan selanjutnya adalah tindakan yang begitu extreme hingga menyakiti masyarakat yang mengintimidasinya tersebut. Mau bagaimanapun tindakan yang akan dilakukan para antisosial tersebut tentu saja bukan tindakan yang baik. Semuanya memiliki resiko masing-masing dan bukanlah resiko yang ringan.
Lalu bagaimana cara kita memperlakukan para antisosial tersebut? Mungkin dengan memberikan perhatian, menunjukkan sikap bahwa kita membutuhkan mereka di dalam lingkungan tempat tinggal maupun bergaul, serta berusaha mengerti apa yang mereka pikirkan. Hal tersebut sepertinya hal yang sulit bila dilihat dari tingkah laku mereka yang sudah menutup diri, bahkan tidak menginginkan ada seseorang baru yang mengisi kehidupan mereka. Tapi tentu saja dengan sikap mereka yang seperti itu tidak berarti kita harus menjauhi mereka, bersikap tidak acuh dan membiarkan mereka melakukan hal yang mereka suka. Sudah sewajibnya kita sebagai mahkluk sosial itu bersosialisi, peduli satu sama lain, dan tidak membedakan golongan satu dengan golongan lain.
Bagaimana tindakan pencegahan terhadap tingkah laku antisosial? Sebenarnya pencegahan sudah bisa orangtua lakukan semenjak anak tersebut masih di dalam kandungan. Karena menurut penelitian, seorang ibu yang memiliki kebiasaan merokok saat mengandung akan beresiko anak yang ada di kandungan memiliki sikap antisosial. Tapi tentu saja pencegahan itu hanya antisipasi awal karena fenomena antisosial sekarang ini lebih banyak diderita saat seseorang mulai beranjak dewasa. Karena pada masa beranjak dewasa ini seorang anak mencari jatidiri mereka. Bila mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggal dan bersosialisasi mereka, tentu mereka akan mencari hal lain yang dapat membuat mereka merasa senang. Kesenangan bagi para remaja ini tentu saja kesenangan yang mungkin bagi orang dewasa merupakan kesenangan yang aneh, menyimpang, dan tidak patut dilakukan. Dari aspek seperti inilah yang biasanya membuat remaja itu menarik diri dari lingkungan, tidak mau mendengarkan perintah orangtua, dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri.
Cara yang paling jitu bagi orangtua agar buah hatinya tidak tumbuh menjadi seseorang yang antisosial adalah mengajarkan anak mereka bersosialisasi dengan lingkungan luar sejak masih kecil. Mengajarkan anak Anda bersahabat dengan siapa saja dan tetap memberikan pengawasan maksimum terhadap anak. Memberikan anak kebebasan berekspresi tetapi tetap memberikan batasan tentang hal yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Memberikan kasih sayang yang cukup bagi anaknya. Kasih sayang disini bukan dalam bentuk materi belaka, tapi merupakan suatu bentuk perhatian orangtua terhadap anaknya, ada di sisi anak tersebut saat mereka membutuhkan bimbingan dalam penyelesaian masalah karena seorang anak akan mengalami masa tersulitnya pada saat beranjak dewasa. Menanamkan aspek-aspek keagamaan juga merupakan hal yang penting agar anak tersebut bisa tumbuh dengan norma-norma sosial bermasyarakat yang baik. Bagaimanapun orangtua memiliki kontrol yang sangat besar bagi tumbuh kembang anaknya, jadi sudah seharusnya orangtua memberikan didikan dan kasih sayang yang cukup terhadap buah hati mereka. Jangan sampai anak-anak Anda tumbuh dengan kasih sayang yang kurang sehingga mereka mencari kesenangan dengan cara yang menyimpang dan tidak sewajarnya.



ASPEK DEMOGRAFIS (GENDER, USIA, BUDAYA) DARI INDIVIDU PENGGUNA INTERNET, SERTA DAMPAK POSITIF DAN  NEGATIFNYA
Gender
Pengaruh gender di internet pada umumnya wanita yang sering bermain dengan internet, misalnya facebook, twitter dan lain-lain. Wanita selalu memposting lebih banyak daripada pria, karena wanita terlalu sensitive pada apa yang sedang terjadi dan sangat emosional. Pada pria lebih cenderung ke forum atau game online. Pria juga senang berjam-jam untuk melakukan hal itu. Internet juga bisa membuat para pria terpengaruh oleh fashion jaman sekarang. Contohnya dari Korea, bisa saja mereka membuat para pria mengenakan fashion itu, tetapi dari sudut pandang wanita fashion itu tidak cocok untuk mereka yang pria jantan, contohnya dari gaya rambut. Jaman sekarang para pria banyak yang mengikuti gaya rambut dari negara luar, padahal gaya rambut itu membuat mereka terlihat seperti wanita. Semakin berkembangnya internet dan globalisasi membuat banyak yang pria seakan-akan menjadi wanita dan wanita seperti pria.
Dampak positif internet:
Dilihat dari segi positif nya internet memiliki banyak sekali dampak yang sangat luar biasa hebatnya pada dunia pengetahuan. Para wanita karir maupun ibu rumah tangga kini dapat memiliki banyak sumber dan pedoman serta informasi-informasi untuk dunia kerja maupun keperluan sehari-hari misalnya : informasi untuk pekerjaan ,informasi resep makanan bagi ibu rumah tangga.
Selain program didalam dunia kerja, internet juga menawarkan aplikasi berbentuk permainan elektronik yang pada umumnya tidak secara khusus diberi muatan pendidikan formal tertentu. Permainan elektronik tersebut membantu wanita karier untuk menghilangkan kejenuhan dalam berkerja, membuat strategi, membangkitkan semangat kepemimpinan, dan bermain peran (role play).
internet juga bisa menjadi tempat bisnis bagi wanita yaitu dengan online shop dengan begitu wanita bisa mempunyai penghasilan sendiri namun ia tetap bisa dirumah mengurus keluarganya .
Internet telah banyak membantu manusia dalam segala aspek kehidupan sehingga internet mempunyai andil penuh dalam kehidupan sosial. Dengan adanya internet apapun dapat kita lakukan baik positif maupun negative.

Dampak negatif internet:
1. Kejahatan di dalam dunia maya
2. Pornografi
3. Kekejaman dan Kesadisan
4. Penipuan
5. Penipuan belanja online
6. Perjudian
7. Mengurangi sifat sosial manusia

Usia
Internet juga membawa pengaruh yang signifikan bagi semua kalangan. Oleh karena itu, tidak hanya orang dewasa saja yang sudah mengenal internet tapi anak-anak juga, bahkan mereka sudah bisa menggunakannya secara langsung.
Pemanfaatan Internet tentu harus di sesuaikan dengan tingkat usia anak. Usia anak SD rata-rata berkisar antara 7-13 tahun. Dan tingkatan itu semua memiliki cara penanganan yang berbeda.
Dampak positif
Memudahkan anak mendapatkan informasi dengan lebih cepat.
Anak dapat mengenal serta menjalin komunikasi dengan  berbagai orang dari belahan dunia.
Akibat kemajuan teknologi, banyak permainan-permainan kreatif dan menantang yang ternyata banyak disukai oleh anak-anak.




Dampak negatif
Anak terlalu cepat puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari dunia.
Karena teknologi memberikan banyak kemudahan, tidak sedikit anak-anak tidak sabar dalam menghadapi kelambatan dan kesulitan.
Selain itu, kemajuan teknologi berdampak pada kurangnya sosialisasi anak pada teman-temannya karena lebih menyukai menyendiri dengan permainan teknologinya.

Budaya
Munculnya teknologi sebagai tuhan baru bagi para manusia komputeris akan membuat hilangnya budaya primordial yang menganggap kesakralan berada di tangan alam dan manusia itu sendiri. Tidak hanya itu, kondisi ‘autis’ para manusia komputeris ini juga membuat mereka tidak lagi peka terhadap kejadian sosial yang menimpa masyarakat lain.
Dampak Positif
Pertukaran informasi berlangsung sangat cepat.
Memudahkan pekerjaan manusia.
Pekerjaan yang dilakukan seseorang menjadi lebih efektif dan efisien
System pembelajaran tidak harus tatap muka dengan guru karena dengan kemajuan TIK khusunya Internet kita bisa melakukan V-class. Dan masih banyak yang lainnya.

Dampak negative
1.      Masuknya budaya asing yang tidak baik.
2.      Lupa akan waktu
3.      Merosotnya nilai moral


CONTOH KASUS KECANDUAN INTERNET (GAME ONLINE)

Yayasan Sahabat Kapas menilai kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotik. Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal.

Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian Sasmita, mengatakan, dalam enam bulan terakhir, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online. “Sebagian di antaranya saat ini kami dampingi,” katanya di sela aksi menyambut Hari Anak Nasional, Minggu, 1 Juli 2012.

Aktivitas di depan layar komputer untuk bermain game online punya dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak jadi terisolasi dari lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan dunia maya yang sedang dihadapi.

Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena konsentrasi belajar juga turun,” kata Dian.

Dian mengakui penggunaan Internet memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk. Itulah perlunya peran orang tua mengawasi kegiatan anak di depan komputer. “Dampingi anak-anak saat mengakses Internet. Selain itu, beri batasan waktu,” kata Dian.

Solusi mengatasi kecanduan game online, dia menyarankan orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18 tahun semestinya bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar menghabiskan waktu bermain game online.

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di keluarga,” katanya.

Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.

Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.

Cara Mengatasi Kecanduan Cyber Pada Anak
1.      Berikan pengetahuan yang benar tentang bahaya cyber kepada Anak
2.      Batasi penggunaan internet pada Anak
3.      Berilah password atau kunci
4.      Biasakan meluangkan Family Time setiap hari
5.      Jangan biasakan Menggunakan Internet untuk mencari hiburan
6.      Ajaklah anak Anda bermain ke Alam dan Lingkungan sekitar
7.      Ikutkanlah mereka program Softskill yang Komprehensif




ETIKA-ETIKA DALAM PENELITIAN ILMIAH
Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang / sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), sejak dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari profesi mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan, dokter, pengacara dan sebagainya. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh pengadilan, sebab melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika seorang dokter dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka ia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh pengadilan.
·         Mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar
·         Kejelasan sumber yang didapat



AKTIVITAS PLAGIAT, CARA DAN UPAYA MENGHINDARI PLAGIAT
·         Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan diri sendiri
·         Mengakui gagasan orang lain sebagai gagasan sendiri
·         Mengakui temuan orang lain sebagai temuan sendiri
·         Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri
·         Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
·         Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tidak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya
·         Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebutkan sumbernya, tetapi rangkaian katanya masih terlalu sama dengan sumbernya

CARA DAN UPAYA MENGHINDARI PLAGIAT
·         Pahami apa yang dimaksud dengan plagiat
·         Kenali topik yang Anda bahas
·         Rapalkan topik itu beberapa kali
·         Sebutkan kutipan dan sumber Anda
·         Ketika ragu, biarkan saja penghargaan
·         Pahami beberapa aturan dasar hak cipta
·         Perhatikan apa yang tidak perlu dikutip