Kamis, 05 November 2015

TUGAS 2 - SOFTSKILL

Nama  : Feby Rendra Febriani
Kelas   : 2PA17
NPM   : 14514139

CONTOH KASUS FENOMENA IDENTITAS DIRI MELALUI INTERNET

Dewasa ini semakin beragam saja tingkah laku para remaja. Mulai dari trend berpakaian yang semakin berani, dunia pergaulan yang semakin bebas, selera bermusik yang semakin beragam, serta ketergantungan terhadap teknologi yang sudah bisa dibilang melebihi candu terhadap narkotika. Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat orang-orang semakin mudah melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa perlu keluar biaya maupun tenaga. Mereka hanya perlu terhubung dengan layanan internet lalu semua yang mereka inginkan dapat terpenuhi begitu saja. Bahkan kita bisa mengetahui kabar yang sedang in tanpa perlu keluar dari kamar. Apakah itu pertanda bagus bagi masyarakat kita?
Kemajuan teknologi membuat ketergantungan yang sangat besar bagi masyarakat pada jaman sekarang. Tak terkecuali para remaja yang sedang berada pada masa labil mereka. Remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi berusaha mencari hal yang menarik untuk mengisi keseharian mereka. Internet­-lah yang kemudian menjadi sarana pelarian yang paling menyenangkan. Kita bisa mendapatkan begitu banyak teman tanpa perlu beranjak ke luar rumah, kita bisa mendapatkan popularitas hanya dengan duduk berjam-jam di depan layar komputer —tentu saja yang saya maksud teman dan popularitas disini hanya dalam dunia mya – Siapa yang tidak tergiur dengan rayuan tersebut?
Berawal dari rasa ingin tahu lalu kemudian menjadi suatu candu tersendiri, remaja jaman sekarang mulai “keranjingan” internet. Mulai dari yang paling sederhana seperti jejaring sosial semacamFacebook, Twitter, My Space, dan Friendster hingga game online yang merupakan candu tingkat tinggi sehingga mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam terbuang begitu saja di depan layar komputer mereka. Lalu pertanyaannya sekarang apakah dengan exist di dunia maya mereka mendepatkan hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari? Mungkin bagi beberapa orangtua bersyukur dengan adanya internet sehingga anak mereka tidak terkontaminasi dunia luar yang semakin bebas dalam hal bergaul. Mereka berpikir bila anaknya hanya berdiam diri di rumah, mereka dapat mengontrol perilaku keseharian anak tersebut. Mungkin ansumsi ini tidak ada salahnya. Tapi apakah para orangtua tidak berpikir dengan memberikan sarana teknologi yang sangat maju tidak sepenuhnya dapat menjamin moral dan pola  sosialisasi yang baik pada anak tersebut? Tidakkah ancaman dari dunia global lebih banyak terdapat di internet?
Seperti yang saya sebut sebelumnya, internet memiliki candu tersendiri yang bahkan lebih besar dari pada candu terhadap narkotika. Internet bisa dibilang mampu menjamah segala sudut kehidupan, segala lapis masyarakat, dan segala jenjang pendidikan. Mungkin akibat buruk canduinternet tidak terlihat begitu nyata seperti halnya candu terhadap narkotika. Tetapi yakinlah bahwa candu itu akan berakibat lebih buruk bagi kemajuan bangsa —bukan berarti saya mendukung beredarnya narkotika di kehidupan remaja—, dengan ketergantungan terhadap kepraktisan dan terbiasa tidak perlu bersusah payah mendapatkan sesuatu, itu akan mengubah pola pikir keseharian remaja tersebut. Bayangkan pola berpikir dan berkembang seperti itu yang mendarah daging di kehidupan kaum penerus bangsa saat ini, bagaimana nasib bangsa ini kedepannya?
Mungkin kita sering mendengar istilah anti-social­ beberapa dekade ini. Anti-social atau di Indonesia biasa disebut antisosial adalah suatu bentuk dari penyimpangan perilaku sosial dimana suatu individu enggan melakukan suatu interaksi sosial terhadap lingkungan di sekitarnya, interaksi sosial yang dimaksud bisa berupa kepedulian terhadap lingkungan sekitar maupun lingkungan global. Sifat tak acuh tersebut hanya merupakan awal dari sederet tingkah laku menyimpang yang akan muncul berikutnya. Tindakan yang menyalahi aturan moral, membahayakan diri sendiri bahkan tindak kriminal yang membahayakan masyarakat luas bisa saja terjadi dikarenakan perilaku anti sosial.
Penyebab antisosial ini bermacam-macam. Mulai dari faktor lingkungan, keluarga, teknologi, bahkan memang gangguan mental. Tetapi bisa dibilang pengaruh yang paling besar terhadap perilaku anti-social ini adalah pola mendidik orangtua terhadap anaknya. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa anak anti-social tersebut sudah mengalami gangguan mental sejak lahir. Bila dilihat dari maraknya perilaku antisosial di kalangan remaja dekade ini jelas sekali bahwa bukan gangguan psikis sejak lahir yang menyebabkan sebagian besar remaja bersikap begitu.
Keluarga yang memberikan apapun yang diinginkan anak tersebut, lingkungan bergaul yangmeterialistik, kekerasan dalam keluarga, kecintaan yang berlebihan terhadap suatu hal, serta ketergantungan yang begitu mengikat membuat remaja jaman sekarang berperilaku antisosial. Mereka cederung memiliki sikap egois yang sangat besar. Rela melakukan apapun agar hal yang diinginkan dapat tercapai, mengurung diri dari pergaulan luar dan terlena oleh kesenangan dunia-nya sendiri, dan bersikap tidak respect terhadap sesama adalah beberapa contoh tingkah antisosial. Bisa diambil kesimpulan antisosial tidak hanya berupa perilaku dimana penderitannya mengurung diri di ruangannya dan tidak mau membuka diri dari lingkungan luar. Perilaku antisosial juga bisa berupa tingkah laku yang bisa menyakiti orang lain di lingkungannya hanya karena keinginan yang harus diikuti. Tingkah antisosial juga selalu dihubungkan dengan tingkah laku psikopat bila dilihat dari aspek ini.
Kecintaan terhadap sesuatu yang berlebihan juga berpengaruh besar tehadap perilaku antisosial ini. Kecintaan terhadap suatu hal yang bisa berupa makhluk hidup maupun benda mati itu dapat menimbulakan sikap over protective. Merasa tidak ingin kehilangan hal yang dicintai menjadikan remaja tersebut rela melakukan hal apapun. Termasuk menyakiti orang-orang yang menghalanginya atau mungkin menyakiti dirinya sendiri. Beberapa lebih memilih menyendiri dan menjauh dari lingkungan karena terlena oleh fantasi-fantasi mereka tentang hal yang dicintainya tersebut dan tidak peduli apa yang diperbincangkan oleh lingkungan sekitar. Mungkin kita sering melihat tingkah laku semacam ini, contohnya saja seseorang yang merupakan fans dari seorangpublic figure atau suatu brand tertentu yang terlalu memuja hingga melupakan mana hal yang terpenting dalam kehidupan mereka. Bahkan mereka cenderung melakukan hal-hal yang diluar logika untuk mendapatkan hal dia inginkan. Mungkin bagi masyarakat umum perilaku mereka terlalu aneh atau keluar dari norma bermasyarakat, tetapi bagi pengidap antisosial pandangan masyarakat umum tidaklah berpengaruh bagi kehidupan mereka.
Mungkin bila disangkutkan dengan majunya tingkat teknologi dan meningkatnya jumlah remaja yang menunjukkan sikap antisosial, tentu saja grafiknya akan berbanding lurus. Begitu banyak fasilitas di dunia maya saat ini, serta begitu luasnya jaringan yang ada di internet membuat seorang remaja semakin menggandrunginya. Remaja bisa berbincang dengan seseorang yang berjarak sangat jauh, mendapat info yang tidak dia dapat dari lingkunag sekitar, bahkan mengakses situs yang tidak seharusnya dibuka. Semua hal tersebut akan memberikan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan remaja tersebut, seperti remaja yang hidup dengan fantasi-fantasinya, pemikiran yang tak sesuai dengan umurnya, bahkan mengakibatkan ketergantungan sehingga merusak tatanan kehidupan sehari-harinya. Berbagai jenis perkembangan remaja tersebut bisa disangkutkan dengan perilaku antisosial. Walau tidak melakukan tindakan extreme, tetapi remaja yang terlalu mecintai dunia maya bisa saja melakukan tindakan yang tergolong gila. Menyakiti dirinya hanya karena tidak ingin kehilangan sedikit waktunya di depan layar komputer.
Beberapa waktu lalu beberapa ilmuan di London menemukan beberapa perbedaan scan otak seorang anak yang menunjukkan tingkah laku antisosial. Temuan mereka disiarkan di American Journal of Phychiantry. Studi tersebut memperhatikan amygdale dan insula –wilayah otak yang memberi sumbangan bagi persepsi emosi, emapti, dan daya rekognisi ketika orang lain sedih– pada remaja antisosial lebih kecil dibandingkan remaja yang tidak menunjukan perilaku antisosial. Semakin parah perilaku antisosial tersebut maka semakin sedikit volume  insula pada remaja tersebut. Masih belum diketahui perubahan pada susunan otak tersebut merupakan penyebab perilaku antisosial atau akibat dari perilaku antisosial, yang jelas para ilmuan masih melakukan penelitian terhadap fenomena remaja saat ini.
Perilaku antisosial memang lebih banyak ditemukan pada remaja laki-laki. Tidak diketahui apa sebab pastinya. Tetapi bila dilihat dari aspek tingkah laku, remaja laki-laki bisa dibilang lebih nekat bila melakukan sesuatu. Tidak berpikir terlalu jauh tentang resiko yang mungkin saja membahayakan pada diri mereka bila melakukan sebuah tindakan. Tingkah laku ini tentu sangat bertolak belakang dengan remaja perempuan, karena mereka biasanya menimbang segala sesuatu sebelum melakukannya. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan remaja perempuan juga merupakan seorang antisosial. Karena belakangan ini tidak jarang kita melihat remaja perempuan yang bertingkah laku seperti laki-laki. Menyukai hal yang extreme, melakukan hal yang beresiko besar bagi keselamatan dirinya, tidak mempedulikan pandangan lingkungan terhadap dirinya, atau bisa kita ambil kesimpulan sikap mereka tersebut adalah sikap yang terlalu cuek. Kecendrungan sikap yang seperti itu yang membuat kemungkinan remaja tersebut mengidap gangguan perilaku (dalam hal ini adalah antisosial) semangkin besar.
Lingkungan tempat tinggal dapat berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Dalam beberapa kasus, mengatakan beberapa anak yang pada awalnya tidak merasa nyaman terhadap lingkungannya, akan dengan sendirinya bersosialisasi dengan lingkungan tersebut, bahkan tingkah laku mereka mau tidak mau akan terbawa mengikuti lingkungan tersebut. Misalnya saja seorang anak yang pada awalnya merupakan anak yang baik dan santun, bila dia pindah di suatu lingkungan baru yang masyarakatnya tergolong orang yang urakan maka sikap anak tersebut mau tidak mau akan berubah sedikit demi sedikit menjadi sedikit liar. Begitu pula sebaliknya. Tetapi bagi seorang remaja antisosial, lingkungan tempat tinggal dan bergaul yang tidak sesuai dengan sikapnya tidak akan membuat dia terbawa suasana dan mengikuti pola perilaku yang tidak sesuai dengan dirinya. Karena itu, mereka lebih memilih mencari lingkungan baru yang membuat mereka nyaman lalu mengambil jarak terhadap lingkungan barunya. Mungkin dalam kasus tertentu, mereka bahkan cenderung tidak mempedulikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.
Tindakan antisosial sering disangkutpautkan dengan tindakan psikopat. Walau tidak semua orang yang menunjukkan tingkah laku antisosial akan melakukan tindakan psikopatik. Mungkin dalam kasus ini dapat kita golongkan perilaku antisosial menjadi dua, yaitu antisosial pasif dan antisosial aktif. Perilaku antisosial pasif mungkin adalah tingkah laku antisosial yang paling sering kita temukan pada remaja di era sekarang. Kecenderungan menjauhkan diri dari lingkungan (atau dijauhi oleh lingkungannya), menutup diri dari interaksi sosial secara langsung, dan lebih memilih menyibukkan dirinya dengan fantasi-fantasi tersendiri. Mungkin para pelaku antisosial pasif ini memiliki teman untuk berbagi, tetapi tentu saja teman mereka hanyalah orang-orang yang memiliki jalan pikiran sama dengan mereka bahkan cenderung sesama seorang antisosial. Sedangkan antisosial aktif adalah orang yang memiliki kecendrungan bersikap psikopatik. Beberapa dari mereka tidak menarik diri dari lingkungan sekitar, bahkan cenderung terlihat ramah. Tetapi jangan pernah tertipu dengan sikap mereka yang seperti itu karena mereka memiliki emosi positif maupun negatif yang sangat sedikit. Mereka cenderung berlaku antipati, rasa tanggung jawab mereka atas suatu hal yang mereka berbuat sangat sedikit, tidak memiliki rasa malu, bahkan cenderung tidak memiliki rasa bersalah sama sekali bila dia menyakiti orang lain.
Masyarakat yang mengintimidasi seorang antisosial juga dapat memperburuk tingkah laku anak antisosial tersebut. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi akibat perilaku tersebut. Pertama, mungkin saja anak tersebut akan semakin menjauhkan dirinya dari pergaulan lingkungan, menyendiri, dan tidak menutup kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan menyakiti diri mereka sendiri. Kedua, mungkin saja anak tersebut akan membenci lingkungannya dan beranggapan bahwa orang-orang di sekitarnya adalah orang yang jahat, tidak menutup kemungkinan tindakan selanjutnya adalah tindakan yang begitu extreme hingga menyakiti masyarakat yang mengintimidasinya tersebut. Mau bagaimanapun tindakan yang akan dilakukan para antisosial tersebut tentu saja bukan tindakan yang baik. Semuanya memiliki resiko masing-masing dan bukanlah resiko yang ringan.
Lalu bagaimana cara kita memperlakukan para antisosial tersebut? Mungkin dengan memberikan perhatian, menunjukkan sikap bahwa kita membutuhkan mereka di dalam lingkungan tempat tinggal maupun bergaul, serta berusaha mengerti apa yang mereka pikirkan. Hal tersebut sepertinya hal yang sulit bila dilihat dari tingkah laku mereka yang sudah menutup diri, bahkan tidak menginginkan ada seseorang baru yang mengisi kehidupan mereka. Tapi tentu saja dengan sikap mereka yang seperti itu tidak berarti kita harus menjauhi mereka, bersikap tidak acuh dan membiarkan mereka melakukan hal yang mereka suka. Sudah sewajibnya kita sebagai mahkluk sosial itu bersosialisi, peduli satu sama lain, dan tidak membedakan golongan satu dengan golongan lain.
Bagaimana tindakan pencegahan terhadap tingkah laku antisosial? Sebenarnya pencegahan sudah bisa orangtua lakukan semenjak anak tersebut masih di dalam kandungan. Karena menurut penelitian, seorang ibu yang memiliki kebiasaan merokok saat mengandung akan beresiko anak yang ada di kandungan memiliki sikap antisosial. Tapi tentu saja pencegahan itu hanya antisipasi awal karena fenomena antisosial sekarang ini lebih banyak diderita saat seseorang mulai beranjak dewasa. Karena pada masa beranjak dewasa ini seorang anak mencari jatidiri mereka. Bila mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggal dan bersosialisasi mereka, tentu mereka akan mencari hal lain yang dapat membuat mereka merasa senang. Kesenangan bagi para remaja ini tentu saja kesenangan yang mungkin bagi orang dewasa merupakan kesenangan yang aneh, menyimpang, dan tidak patut dilakukan. Dari aspek seperti inilah yang biasanya membuat remaja itu menarik diri dari lingkungan, tidak mau mendengarkan perintah orangtua, dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri.
Cara yang paling jitu bagi orangtua agar buah hatinya tidak tumbuh menjadi seseorang yang antisosial adalah mengajarkan anak mereka bersosialisasi dengan lingkungan luar sejak masih kecil. Mengajarkan anak Anda bersahabat dengan siapa saja dan tetap memberikan pengawasan maksimum terhadap anak. Memberikan anak kebebasan berekspresi tetapi tetap memberikan batasan tentang hal yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Memberikan kasih sayang yang cukup bagi anaknya. Kasih sayang disini bukan dalam bentuk materi belaka, tapi merupakan suatu bentuk perhatian orangtua terhadap anaknya, ada di sisi anak tersebut saat mereka membutuhkan bimbingan dalam penyelesaian masalah karena seorang anak akan mengalami masa tersulitnya pada saat beranjak dewasa. Menanamkan aspek-aspek keagamaan juga merupakan hal yang penting agar anak tersebut bisa tumbuh dengan norma-norma sosial bermasyarakat yang baik. Bagaimanapun orangtua memiliki kontrol yang sangat besar bagi tumbuh kembang anaknya, jadi sudah seharusnya orangtua memberikan didikan dan kasih sayang yang cukup terhadap buah hati mereka. Jangan sampai anak-anak Anda tumbuh dengan kasih sayang yang kurang sehingga mereka mencari kesenangan dengan cara yang menyimpang dan tidak sewajarnya.



ASPEK DEMOGRAFIS (GENDER, USIA, BUDAYA) DARI INDIVIDU PENGGUNA INTERNET, SERTA DAMPAK POSITIF DAN  NEGATIFNYA
Gender
Pengaruh gender di internet pada umumnya wanita yang sering bermain dengan internet, misalnya facebook, twitter dan lain-lain. Wanita selalu memposting lebih banyak daripada pria, karena wanita terlalu sensitive pada apa yang sedang terjadi dan sangat emosional. Pada pria lebih cenderung ke forum atau game online. Pria juga senang berjam-jam untuk melakukan hal itu. Internet juga bisa membuat para pria terpengaruh oleh fashion jaman sekarang. Contohnya dari Korea, bisa saja mereka membuat para pria mengenakan fashion itu, tetapi dari sudut pandang wanita fashion itu tidak cocok untuk mereka yang pria jantan, contohnya dari gaya rambut. Jaman sekarang para pria banyak yang mengikuti gaya rambut dari negara luar, padahal gaya rambut itu membuat mereka terlihat seperti wanita. Semakin berkembangnya internet dan globalisasi membuat banyak yang pria seakan-akan menjadi wanita dan wanita seperti pria.
Dampak positif internet:
Dilihat dari segi positif nya internet memiliki banyak sekali dampak yang sangat luar biasa hebatnya pada dunia pengetahuan. Para wanita karir maupun ibu rumah tangga kini dapat memiliki banyak sumber dan pedoman serta informasi-informasi untuk dunia kerja maupun keperluan sehari-hari misalnya : informasi untuk pekerjaan ,informasi resep makanan bagi ibu rumah tangga.
Selain program didalam dunia kerja, internet juga menawarkan aplikasi berbentuk permainan elektronik yang pada umumnya tidak secara khusus diberi muatan pendidikan formal tertentu. Permainan elektronik tersebut membantu wanita karier untuk menghilangkan kejenuhan dalam berkerja, membuat strategi, membangkitkan semangat kepemimpinan, dan bermain peran (role play).
internet juga bisa menjadi tempat bisnis bagi wanita yaitu dengan online shop dengan begitu wanita bisa mempunyai penghasilan sendiri namun ia tetap bisa dirumah mengurus keluarganya .
Internet telah banyak membantu manusia dalam segala aspek kehidupan sehingga internet mempunyai andil penuh dalam kehidupan sosial. Dengan adanya internet apapun dapat kita lakukan baik positif maupun negative.

Dampak negatif internet:
1. Kejahatan di dalam dunia maya
2. Pornografi
3. Kekejaman dan Kesadisan
4. Penipuan
5. Penipuan belanja online
6. Perjudian
7. Mengurangi sifat sosial manusia

Usia
Internet juga membawa pengaruh yang signifikan bagi semua kalangan. Oleh karena itu, tidak hanya orang dewasa saja yang sudah mengenal internet tapi anak-anak juga, bahkan mereka sudah bisa menggunakannya secara langsung.
Pemanfaatan Internet tentu harus di sesuaikan dengan tingkat usia anak. Usia anak SD rata-rata berkisar antara 7-13 tahun. Dan tingkatan itu semua memiliki cara penanganan yang berbeda.
Dampak positif
Memudahkan anak mendapatkan informasi dengan lebih cepat.
Anak dapat mengenal serta menjalin komunikasi dengan  berbagai orang dari belahan dunia.
Akibat kemajuan teknologi, banyak permainan-permainan kreatif dan menantang yang ternyata banyak disukai oleh anak-anak.




Dampak negatif
Anak terlalu cepat puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari dunia.
Karena teknologi memberikan banyak kemudahan, tidak sedikit anak-anak tidak sabar dalam menghadapi kelambatan dan kesulitan.
Selain itu, kemajuan teknologi berdampak pada kurangnya sosialisasi anak pada teman-temannya karena lebih menyukai menyendiri dengan permainan teknologinya.

Budaya
Munculnya teknologi sebagai tuhan baru bagi para manusia komputeris akan membuat hilangnya budaya primordial yang menganggap kesakralan berada di tangan alam dan manusia itu sendiri. Tidak hanya itu, kondisi ‘autis’ para manusia komputeris ini juga membuat mereka tidak lagi peka terhadap kejadian sosial yang menimpa masyarakat lain.
Dampak Positif
Pertukaran informasi berlangsung sangat cepat.
Memudahkan pekerjaan manusia.
Pekerjaan yang dilakukan seseorang menjadi lebih efektif dan efisien
System pembelajaran tidak harus tatap muka dengan guru karena dengan kemajuan TIK khusunya Internet kita bisa melakukan V-class. Dan masih banyak yang lainnya.

Dampak negative
1.      Masuknya budaya asing yang tidak baik.
2.      Lupa akan waktu
3.      Merosotnya nilai moral


CONTOH KASUS KECANDUAN INTERNET (GAME ONLINE)

Yayasan Sahabat Kapas menilai kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotik. Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal.

Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian Sasmita, mengatakan, dalam enam bulan terakhir, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online. “Sebagian di antaranya saat ini kami dampingi,” katanya di sela aksi menyambut Hari Anak Nasional, Minggu, 1 Juli 2012.

Aktivitas di depan layar komputer untuk bermain game online punya dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak jadi terisolasi dari lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan dunia maya yang sedang dihadapi.

Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena konsentrasi belajar juga turun,” kata Dian.

Dian mengakui penggunaan Internet memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk. Itulah perlunya peran orang tua mengawasi kegiatan anak di depan komputer. “Dampingi anak-anak saat mengakses Internet. Selain itu, beri batasan waktu,” kata Dian.

Solusi mengatasi kecanduan game online, dia menyarankan orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18 tahun semestinya bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar menghabiskan waktu bermain game online.

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di keluarga,” katanya.

Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.

Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.

Cara Mengatasi Kecanduan Cyber Pada Anak
1.      Berikan pengetahuan yang benar tentang bahaya cyber kepada Anak
2.      Batasi penggunaan internet pada Anak
3.      Berilah password atau kunci
4.      Biasakan meluangkan Family Time setiap hari
5.      Jangan biasakan Menggunakan Internet untuk mencari hiburan
6.      Ajaklah anak Anda bermain ke Alam dan Lingkungan sekitar
7.      Ikutkanlah mereka program Softskill yang Komprehensif




ETIKA-ETIKA DALAM PENELITIAN ILMIAH
Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang / sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), sejak dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari profesi mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan, dokter, pengacara dan sebagainya. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh pengadilan, sebab melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika seorang dokter dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka ia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh pengadilan.
·         Mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar
·         Kejelasan sumber yang didapat



AKTIVITAS PLAGIAT, CARA DAN UPAYA MENGHINDARI PLAGIAT
·         Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan diri sendiri
·         Mengakui gagasan orang lain sebagai gagasan sendiri
·         Mengakui temuan orang lain sebagai temuan sendiri
·         Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri
·         Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
·         Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tidak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya
·         Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebutkan sumbernya, tetapi rangkaian katanya masih terlalu sama dengan sumbernya

CARA DAN UPAYA MENGHINDARI PLAGIAT
·         Pahami apa yang dimaksud dengan plagiat
·         Kenali topik yang Anda bahas
·         Rapalkan topik itu beberapa kali
·         Sebutkan kutipan dan sumber Anda
·         Ketika ragu, biarkan saja penghargaan
·         Pahami beberapa aturan dasar hak cipta
·         Perhatikan apa yang tidak perlu dikutip


Jumat, 09 Oktober 2015

Kasus Penyalahgunaan Media Sosial - Jual Beli Bayi Online


Motif Pelaku Menjual Bayi Ayu Ting Ting dan Ruben Onsu



Bintang.com, Jakarta Ayu Ting Ting bersama presenter kondang Ruben Onsu kembali mendatangi Polda Metro Jaya untuk melihat tersangka kasus penjualan bayi di akun Instagram. Tersangka dikabarkan telah ditangkap pihak kepolisian di kediamannya di Batu Ampar, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Seperti dikatakan Komisaris Besar Polisi  Mujiyono selaku Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, tersangka telah diamankan di Polda Metro Jaya dan barang bukti milik pelaku telah diamankan.

“Juni lalu ada laporan bahwa ada penjualan bayi sangat murah. Di mana putra putri yang dijual adalah anak dari artis, padahal mereka (artis) tersebut tidak pernah menjual anak mereka. Merasa dirugikan, mereka melapor ke Polda Metro Jaya, dan kami menindaklanjuti laporan tersebut, kami bekerja keras dalam waktu kurang lebih satu setengah bulan tersangka berhasil kami tangkap,” tegas Kombes Pol Mujiyono ditemui Syaiful Bahri dari Bintang.com di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (11/9/2015).

Lebih lanjut, Mujiyono mengungkapkan tersangka berinisial UW (19) adalah lulusan SMK. Sedangkan untuk motif tersangka dikatakan masih dalam penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tindak kriminal lainnya.

“Hingga saat ini, pelaku masih tunggal, kami akan kembangkan kasus ini. Sementara motifnya adalah penipuan untuk mencari uang di mana tersangka menjual bayi di akun Instagram dengan harga kisaran 5 juta hingga 1 miliar,” tambahnya.

Tersangka kasus penjualan bayi di akun Instagram dengan nama @jualbayimurahsangat dan akun @jualbayimurahsegera menggunakan handphone tipe Nexian Mi438. Dalam akun tersebut, pelaku mencantumkan tulisan sebagai berikut, “jual bayi murah langsung saja kepantiasuhan yang terdapat di jalan duri bulan batu ampar 3 no 64D tepatnya di sebelak TK Karunia. Bahkan pelaku mencantumkan harga ‘dari mulai 5 juta sampai 1 Miliar, langsung saja called me 087877668903 khusus daerah Jakarta Timur. Hal ini semakin memudahkan pihak kepolisian untuk mencari lokasi pelaku dan kemudian berhasil melakukan penangkapan.

Dari tindakan kriminal tersebut, Mujiyono menegaskan pelaku penjual bayi Ayu Ting Ting dan Ruben Onsu terkenalpasal yang disangkakan pasal 27 ayat (3) jo pasal 45 ayat (1) U RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) dengan ancaman pidana 6 tahun penjara dan denda Rp 1 Miliar serta pasal 12 jo pasal 115 UU RI Nomor 28 Tahun 2014 dengan ancaman denda Rp 500 juta.

Etika:
Contoh kasus di atas merupakan salah satu penyalahgunaan teknologi internet yaitu jual beli bayi online. Bisnis online saat ini memang sedang booming, namun bisnis satu ini sudah termasuk tindakan kriminal, dimana akan mendapatkan banyak resiko.

Di jaman modern yang sudah berkembang ini banyak sekali orang-orang yang mencari nafkah melalui internet namun sebagian besar dengan cara yang tidak patut dicontoh. Mulai dari penipuan sampai ke jual beli bayi.

Sebetulnya sifat seseorang telah terbentuk sejak kecil, sejak orangtua mengajarkan berbagai hal. Namun itu tergantung pribadi masing-masing bagaimana menanggapi hal-hal itu. Pengawasan orangtua juga termasuk, karena salah satu bentuk perhatian yang dapat menjadikan anak tersebut lebih baik. Dan tidak lupa ibadah, bila seseorang dari kecil sudah diajarkan rajin ibadah oleh orangtuanya, maka seseorang akan selalu berkhusnudzon.

Hal-hal kecil tersebut mungkin sepele, namun sangat berarti sampai dewasa. Apabila etika yang di atas semuanya berkebalikan, maka tidak heran bila seseorang memiliki sifat yang jahat, kejam, dsb.

Daftar Pustaka
http://www.bintang.com/celeb/read/2315324/motif-pelaku-menjual-bayi-ayu-ting-ting-dan-ruben-onsu
https://www.google.co.id/search?q=kasus+jual+bayi+murah&biw=1366&bih=631&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2&ved=0CAcQ_AUoAmoVChMIsrGKuoW1yAIVhsSOCh08FAKr&dpr=1#imgrc=dAvSmKB9GaYeSM%3A

Layanan E-Service Kereta Api



LAYANAN E-SERVICE
KERETA API 


            Cara Cek Harga Resmi Tiket Kereta Api Terbaru dan Jadwal Online – Kereta api merupakan salah satu transportasi yang paling laris digunakan oleh para pemudik atau para traveller yang ingin berpergian jauh karena harga yang ditawarkan lebih murah dari pada harga tiket pesawat. Nah, pasti anda masih bingung bagaimana cara mengetahui harga tiket dan jadwal keberangkatannya dan masih timbul pertanyaan tentang tiket masih bisa dibooking atau tidak tersedia lagi.

Kami akan membantu dan menginformasikan bagaimana cara pesan tiket kereta api online yang diambil dari website resmi dari PT Kereta Api Indonesia. Anda bisa melihat beberapa informasi pada website tersebut mulai dari jadwal keberangkatan dan harga tiket kereta api tujuan anda. Anda juga dapat memesan atau booking tiket pesawat secara online.

Mungkin masih ragu dengan pembelian tiket secara online ya? “oke, baiklah brother and sister. Jika and masih ragu membelitiket pesawat secara online anda dapat membeli tiket di Indomaret dan Alfamart terdekat, Jadi kalau ragu ataupun belum punya rekening untuk mentransfer bisa menggunakan dengan cara ini.

Untuk memudahkan para pemudik  dan traveller yang menyangkut kepentingan publik, tiket kereta api  dapat dipesan melalui website resmi dari PT. Kereta Api Indonesia (persero). Kemudahan ini dapat anda lihat mengenai jadwal dan daftar harga tiket kereta api secara lengkap. Untuk itu anda dapat melihat informasi bagaimana mengeceknya seperti berikut:

Cek Tiket Kereta Api Online Harga dan Jadwal:
1.      Langkah pertama adalah dengan mengunjungi situs resmi PT. KAI di  http://www.kereta-api.co.id/
2.      Setelah anda mengunjungi website resmi anda dapat menscrool mouse anda pada  menu reservasi
3.      Anda bisa melihat Info jadwal dan Reservasi dengan mengisi beberapa formulir pada gambar pojok kanan atas seperti berikut:
–  Mengisi Tanggal
– Memilih Stasiun Asal
– Memilih Stasiun Tujuan
– Memilih Dewasa, Anak dan Infant

Keuntungan:
·         Akses dapat dilakukan dimana saja
·         Layanan 24 jam
·         Prosesnya mudah dan cepat
·         Transaksi via Bank
·         Mencari tanggal keberangkatan sendiri
Kerugian:
·         Harus terkoneksi dengan internet
·         Biaya internet yang mahal
·         Proses pembelian tiket terganggu bila koneksi atau jaringan kurang bagus (trouble)
·         Sebagian besar orangtua kurang paham dan kurang bisa menggunakan gadget
·         Ribet, karena harus transfer ke bank

Daftar Pustaka
http://www.bingkaiberita.com/cara-cek-harga-resmi-tiket-kereta-api-terbaru-dan-jadwal-online/
http://www.tiketpesawat.my.id/inilah-5-keuntungan-membeli-tiket-kereta-api-secara-online/



Rabu, 27 Mei 2015

Pengembangan Kreativitas dan Keterlibatan Belajar dan Mengajar Kreatif

     TUGAS PORTOPOLIO 3
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KETERBAKATAN BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF


AFNI WULANDARI (10514407)
FEBY RENDRA F (14514139)
HAZIZAH HAFIZAH (1C514974)
1PA15
                                                UNIVERSITAS GUNADARMA
                                                                    2015
 ARTI BELAJAR KREATIF
1.1  Pengertian Belajar Kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut: James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1.    Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2.    Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.
3.    Untuk dapat melahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua sifat otak. Otak kiri yang bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan, dan dominan. Sedangkan otak kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak. Kreativitas adalah suatu ketrampilan. Dikarenakan kreativitas merupakan hasil sebuah latihan maka harus diupayakan secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh. Artinya, siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi kreatif.
Dari pengertian adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik serta bermanfaat. Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secarakeseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksidengan lingkungan.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan persepsi dan tingkah laku, termasuk juga perubahan perilaku. Lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam prose belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi, kreativitas belajar adalah suatu keterampilan yang dihasilkandari sebuah latihan- latihan (proses pembelajaran) yang diupayakan terus menerus agar tidak menjadi lumpuh.
1.2  Proses Belajar Kreatif
Dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Uno (2011), untuk menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar, sementara untuk memberi pengayaan terhadap dirinya, guru juga dituntut kreatif mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Kreatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan proses kreatif tersebut tentunya tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan yang didapat melalui membaca, berbahasa, dan aspek-aspek lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan  kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
·      Kesibukan Dalam Kelak
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
·      Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
3. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a.    Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
·         Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
·         Menilai persiapan siswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
·         Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
·         Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
·         Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya.
·         Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan.
·         Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)

b.    Metode Diskusi
Dalam metode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
·           Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan  masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.

c.    Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).  Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.

1.3  Mengapa Belajar Kreatif Itu Penting?
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Treffinger (dalam Reni Akbar Hawadi, dkk, 2001:13) mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Mengapa kreativitas penting dalam kehidupan ini? Ada beberapa nilai penting kreativitas dalam kehidupan secara nyata sebagai berikut:
a.    Adanya kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru yang berupa pikiran maupun karya nyata dalam mengerjakan persoalan hidup bagi orang kreatif. Dengan kreatifnya seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan. Dari potensi kreatifnya, seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja/karya, baik dalam bentuk barang maupun gagasan secara bermakna dan berkualitas.
b.    Tingkat kualitas dari kinerja, karya, gagasan, dan perbuatan manusia dapat diantisipasi dari sejauh mana seseorang memiliki tingkat kreativitas tertentu.
c.    Suatu karya kreatif sebagai hasil kreativitas seseorang dapat menimbulkan kepuasan pribadi yang tak terhingga nilainya. Kreativitas penting untuk mengembangkan semua bakat dan kemampuan individu dalam pengembangan prestasi hidupnya.
d.   Dengan kreativitas tinggi yang dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan mempunyai pengembangan diri secara optimal. Mereka dapat mempergunakan ide-idenya untuk menciptakan kreasi baru demi kelangsungan hidup.
e.    Kreativitas penting untuk dipahami bagi para pendidik (guru) terutama dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing dan mengantarkan anak didik kepada pertumbuhan dan perkembangan prestasinya secara optimal.
f.     Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam era globalisasi dan era reformasi menunjukkan betapa pentingnya segi kreativitas diprioritaskan untuk dikelola dan dikembangkan secara optimal. Dan hal ini merupakan tantangan kepedulian serius bagi pihak terkait dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, terutama dikalangan pendidikan.
g.    Akan lebih bermakna dalam tugas perkembangannya bagi para pelajar, apabila pengelolaan, pengembangan dan peningkatan kreativitas mencakup potensi akademik dan non akademik. Dengan itu, potensi-potensi kreatif siswa akan dapat tersalur dan teraktualisasi secara optimal.
h.    Kreativitas penting dalam proses belajar mengajar, terutama bagi guru. Guru diperlukan kemampuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif agar siswa terangsang untuk lebih ingin mengetahui materi, senang menanyakan, dan berani mengajukan pendapat, serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini penting bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan harapan agar siwa mendapat kesempatan untuk mengukir prestasi secara optimal.
i.      Kreatif sebagai operasionalisasi dari konsep kreativitas yang mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu.

Conny R. Semiawan (dalam Reni Akbar hawadi, dkk, 2001:15) menyatakan ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar kreatif, antara lain:
a.    Belajar kreatif membantu anak menjadi lebih berhasil guna jika kita (orang tua/guru) tidak bersama mereka.
b.    Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu kita duga yang akan timbul di masa depan.
c.    Belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta dapat menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang.
d.   Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru, dan hasil-hasil yang baru.

1.4  Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)
Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.
Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya mendorong belajar kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang meliputi tingkat I adalah basic tools yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal tersebut sebagaimana dirumuskan delam pembelajaran model Treffinger adalah sebagai berikut:
Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif dan afektif di dalam tahapan pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir tertentu. Misalnya:
Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah. Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi (penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya.Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain sebagainya.
Menurut Munandar, dengan menggunakan ketiga tingkatan kemampuan berpikir dari model Treffinger, siswa dapat membangun ketrampilan, menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga dalam hal ini, setiap tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan Treffinger harus diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang seperti ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa



Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.
Sintaks:

·         Keterbukaan-urun ide-penguatan,
·         Penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,
·         Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya,
·         Kelompok-kerjasama,
·         ebebasan-terbuka,
·         reward

2.       MENGAJAR KREATIF
2.1  Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. sedangkang menurut Fuad Anshori ("Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam".Yogyakarta: Menara kudus, 2002, h. 33 18) Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas). Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Supriadi (1994) bahwa ciri-ciri kreativitas  dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif.
Ciri-ciri kognitif, diantaranya:
1.) Orisinalitas
2.) Fleksibilitas
3.) Kelancaran, dan
4.) Elaborasi,
Sedangkan ciri-ciri non kognitif, diantaranya:
1.) Motivasi sikap
2.) Kepribadian kreatif
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif Gramedia Widya Indonesia, 1999) Cet Ke-3, h. 47
Mengajar kreatif kini merupakan keharusan bagi setiap guru, karena tantangan bagi guru adalah menghadapi siswa globalisasi, yaitu siswa yang mendapatkan informasi non formal dari lingkungan, mereka kritis dan penuntut. Siaran TV, Internet rakyat dan budaya baru merupakan konsumsi lazim bagi setiap orang.
2.2  Teknik mengajar, meliputi:
1. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Pemikiran dan Perasaan Terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
a. Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
b. Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
c.  Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).

3.      MEMUPUK IKLIM BELAJAR KREATIF
3.1  Strategi Memupuk Iklim Belajar Yang Kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu  meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian (Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk  meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar  telah dibahagikan kepada  3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj  yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan  dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahwa siapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.

3.2  Saran-saran Tambahan Dalam Memupuk Belajar Kreatif
1. Menghargai kreativitas siswa.
2. Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
3. Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
4.  Bersikap menerima dan menunjang anak.
5.  Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
6. Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
7. Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
8.      Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
9.      Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri.





DAFTAR PUSTAKA