TUGAS PORTOPOLIO 3
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KETERBAKATAN BELAJAR DAN
MENGAJAR KREATIF
AFNI
WULANDARI (10514407)
FEBY RENDRA F (14514139)
HAZIZAH
HAFIZAH (1C514974)
1PA15
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
ARTI BELAJAR KREATIF
1.1 Pengertian Belajar Kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar,
dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar
belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut:
James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan
pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk
kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam
pikiran.
1. Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep
dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam
pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu
menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam
bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa
sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2. Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut
tertuang dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan,
maka itu adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di
otak manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara
bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi
masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar
pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena
itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan
berfikir yang terus-menerus.
3. Untuk dapat melahirkan kreativitas,
seseorang harus dapat memanfaatkan kedua sifat otak. Otak kiri yang
bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan, dan dominan. Sedangkan otak
kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi.
Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk
menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang
luar biasa antara kedua otak. Kreativitas adalah suatu ketrampilan. Dikarenakan
kreativitas merupakan hasil sebuah latihan maka harus diupayakan secara terus-
menerus agar tidak menjadi lumpuh. Artinya, siapa saja yang berniat untuk
menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan
menjadi kreatif.
Dari pengertian adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan
lebih baik serta bermanfaat. Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses
usaha yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru
secarakeseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksidengan lingkungan.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan persepsi dan tingkah
laku, termasuk juga perubahan perilaku. Lingkungan belajar merupakan faktor
penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam
prose belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi,
kreativitas belajar adalah suatu keterampilan yang dihasilkandari sebuah
latihan- latihan (proses pembelajaran) yang diupayakan terus menerus agar tidak
menjadi lumpuh.
1.2 Proses Belajar Kreatif
Dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Uno (2011), untuk menumbuhkan minat
belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar, sementara
untuk memberi pengayaan terhadap dirinya, guru juga dituntut kreatif
mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Kreatif bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan proses kreatif tersebut tentunya
tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan yang didapat melalui
membaca, berbahasa, dan aspek-aspek lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional
dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas
siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai
dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di
Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat
dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau
kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang
berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan
memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan
yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
· Kesibukan Dalam Kelak
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan
fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang
rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada
tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara
yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
· Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada
sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator
gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki
tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur
harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan
pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
3. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam
mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk
bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam
divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan
keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai
informasi mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
· Menimbulkan minat
dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
· Menilai persiapan
siswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
· Mengulang kembali
dan meringkas apa yang telah diajarkan.
· Membantu siswa
melihat hubungan-hubungan baru.
· Merangsang pemikiran
kritis dan pengembangan sikap bertanya.
· Merangsang siswa
untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan.
· Menilai pencapaian
tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
b. Metode Diskusi
Dalam metode dikusi, peran guru dangat menentukan
keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada
siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas
masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi
atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu
menyimpang dari arah yang dituju.
· Metode
Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan,
penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses
pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui
inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor
yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah
(tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan
sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai
masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching).
Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.
c. Mengajukan pertanyaan yang
menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif)
antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah
terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu
situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa
saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu
terjadi di sini. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap)
dan Psikomotorik (perasaan). Dalam rangka membangun manusia
seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan yaitu
perkembangan mental intelektual, perkembangan social, perkembanan
emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
1.3 Mengapa Belajar Kreatif Itu
Penting?
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting,
karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses
kehidupan manusia. Treffinger (dalam Reni Akbar Hawadi, dkk, 2001:13)
mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Mengapa
kreativitas penting dalam kehidupan ini? Ada beberapa nilai penting kreativitas
dalam kehidupan secara nyata sebagai berikut:
a. Adanya kemampuan untuk
melahirkan sesuatu yang baru yang berupa pikiran maupun karya nyata dalam
mengerjakan persoalan hidup bagi orang kreatif. Dengan kreatifnya seseorang
dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan memiliki bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan. Dari potensi kreatifnya,
seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja/karya, baik dalam bentuk
barang maupun gagasan secara bermakna dan berkualitas.
b. Tingkat kualitas dari
kinerja, karya, gagasan, dan perbuatan manusia dapat diantisipasi dari sejauh
mana seseorang memiliki tingkat kreativitas tertentu.
c. Suatu karya kreatif
sebagai hasil kreativitas seseorang dapat menimbulkan kepuasan pribadi yang tak
terhingga nilainya. Kreativitas penting untuk mengembangkan semua bakat dan
kemampuan individu dalam pengembangan prestasi hidupnya.
d. Dengan kreativitas tinggi yang
dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan mempunyai pengembangan diri
secara optimal. Mereka dapat mempergunakan ide-idenya untuk menciptakan kreasi
baru demi kelangsungan hidup.
e. Kreativitas penting untuk
dipahami bagi para pendidik (guru) terutama dalam kaitannya dengan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing dan
mengantarkan anak didik kepada pertumbuhan dan perkembangan prestasinya
secara optimal.
f. Peningkatan Sumber
Daya Manusia dalam era globalisasi dan era reformasi menunjukkan betapa
pentingnya segi kreativitas diprioritaskan untuk dikelola dan dikembangkan
secara optimal. Dan hal ini merupakan tantangan kepedulian serius bagi pihak
terkait dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, terutama dikalangan pendidikan.
g. Akan lebih bermakna dalam
tugas perkembangannya bagi para pelajar, apabila pengelolaan, pengembangan dan
peningkatan kreativitas mencakup potensi akademik dan non akademik. Dengan itu,
potensi-potensi kreatif siswa akan dapat tersalur dan teraktualisasi secara
optimal.
h. Kreativitas penting dalam
proses belajar mengajar, terutama bagi guru. Guru diperlukan kemampuan untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif agar siswa terangsang untuk
lebih ingin mengetahui materi, senang menanyakan, dan berani mengajukan
pendapat, serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini
penting bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan harapan agar siwa
mendapat kesempatan untuk mengukir prestasi secara optimal.
i. Kreatif
sebagai operasionalisasi dari konsep kreativitas yang mempunyai nilai penting
dalam kehidupan individu.
Conny R. Semiawan (dalam Reni Akbar hawadi, dkk,
2001:15) menyatakan ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar
kreatif, antara lain:
a. Belajar kreatif membantu
anak menjadi lebih berhasil guna jika kita (orang tua/guru) tidak bersama
mereka.
b. Belajar kreatif
menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu
kita duga yang akan timbul di masa depan.
c. Belajar kreatif
menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi,
bahkan dapat mengubah karir pribadi serta dapat menunjang kesehatan jiwa dan
badan seseorang.
d. Belajar kreatif dapat
menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar
kreatif dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru, dan hasil-hasil
yang baru.
1.4 Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model
Triffinger)
Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu
dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung.
Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap
tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan
ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa
untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai
konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk
menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya
termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan
kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi dalam
berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas masalah yang
dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.
Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya
mendorong belajar kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa,
melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga
tingkatan berpikir yang meliputi tingkat I adalah basic tools yaitu
pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses
yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah
working with real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal
tersebut sebagaimana dirumuskan delam pembelajaran model Treffinger adalah
sebagai berikut:
Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif
dan afektif di dalam tahapan pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir
tertentu. Misalnya:
Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada
bagaimana anak dapat berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan
bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah. Kemampuan afektif yang
dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan
walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam
menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya.
Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat
dilihat dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan
yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda
yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan
perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan
terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan
perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda),
meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima gagasan yang
berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam
menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan
kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah
yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan
sebelumnya), evaluasi (penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri
sehingga menghasikan jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada
bagaimana anak dapat mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan
dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada
dihadapannya.Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai
(berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri
terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam
setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan
kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri
(pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu
menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh
penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar
untuk memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk
(mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain
sebagainya.
Menurut Munandar, dengan menggunakan ketiga
tingkatan kemampuan berpikir dari model Treffinger, siswa dapat membangun
ketrampilan, menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dan menemukan penyaluran
untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga dalam hal ini, setiap
tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan Treffinger harus
diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang seperti
ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan
pengetahuan siap.
Sintaks:
·
Keterbukaan-urun
ide-penguatan,
·
Penggunaan
ide kreatif-konflik internal-skill,
·
Proses
rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui
pemanasan-minat-kuriositi-tanya,
·
Kelompok-kerjasama,
·
ebebasan-terbuka,
·
reward
2. MENGAJAR
KREATIF
2.1 Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang
sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut
Jamridafrizal (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. sedangkang
menurut Fuad Anshori ("Mengembangkan kreativitas dalam perspektif
psikologi Islam".Yogyakarta: Menara kudus, 2002, h. 33 18)
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas). Ada pendapat lain yang
dikemukakan oleh Supriadi (1994) bahwa
ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
kognitif dan non kognitif.
Ciri-ciri kognitif, diantaranya:
1.) Orisinalitas
2.) Fleksibilitas
3.) Kelancaran, dan
4.) Elaborasi,
Sedangkan ciri-ciri non kognitif, diantaranya:
1.) Motivasi sikap
2.) Kepribadian kreatif
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang
tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun.
Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi
psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun
variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah
karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat
menghasilkan karya kreatif Gramedia Widya Indonesia, 1999) Cet Ke-3, h. 47
Mengajar kreatif kini merupakan keharusan bagi
setiap guru, karena tantangan bagi guru adalah menghadapi siswa globalisasi,
yaitu siswa yang mendapatkan informasi non formal dari lingkungan, mereka
kritis dan penuntut. Siaran TV, Internet rakyat dan budaya baru merupakan
konsumsi lazim bagi setiap orang.
2.2 Teknik mengajar, meliputi:
1. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut
prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan
sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa
sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur,
mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran
kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang
berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin
untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan
pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu
siswa.
2. Pemikiran dan Perasaan Terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang
pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan
timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta
dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan
perasaaan terbuka
a. Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
b. Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
c. Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk
atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
3. MEMUPUK IKLIM
BELAJAR KREATIF
3.1 Strategi Memupuk Iklim Belajar Yang
Kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam
merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab.
Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti
para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan
kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu
meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang
guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian (Niu & Sternberg 2003;
Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang
penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk
menganalisa dua cara yang digunakan untuk meningkatkan kreativiti 96 orang
pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah
diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para
pelajar telah dibahagikan kepada 3 kumpulan yaitu kumpulan pertama
tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan
kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila
menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci
bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj yang dihasilkan oleh para
pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini
mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah
menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak
menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa
pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif
telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan
kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan dalam bilik
darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar
guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran
kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2)
menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan
kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai
tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk
tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang
penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah
menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu.
Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka
mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan
terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa
terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru
menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang
diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih
tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahwa
siapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula
menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka
memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran
divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab
soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa
percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk
meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan
itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum
yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b)
Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c)
Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan
kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada
strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran
guru.
3.2 Saran-saran Tambahan Dalam Memupuk
Belajar Kreatif
1. Menghargai kreativitas siswa.
2. Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
3. Mengakui dan menghargai adanya perbedaan
individual.
4. Bersikap menerima dan menunjang anak.
5. Menyediakan pengalaman mengajar yang
berdiferensisasi.
6. Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak
tidak merasa.
7. Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes
sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
8. Setiap anak
ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan
kelompok.
9. Tidak bersikap
sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri.
keterbatasannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA